Ujian Khauf (Ketakutan)

Akhir-akhir ini, umat di seluruh dunia digemparkan ketakutan dan keresahan yang melanda. Kerusuhan maupun bencana alam bahkan virus yang meluluh lantakkan perekonomian, sosial budaya, pendidikan, dan moral kian terhambat karenanya. Sebagaimana telah terjadi pada umat terdahulu dalam menghadapi ujian yang serupa, salah satunya pada zaman Fir’aun yang membuat umat kala itu dilanda ketakutan, dimana dia mengaku sebagai Tuhan dan tidak ada yang bisa mengalahkannya, semua tunduk atas ketakutan dan kekangan. Kesombongan  Fir’aun itu terekam dalam Al-Qur'an.

فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلْأَعْلَىٰ

(Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. An-Naziat: 24)

Firman Allah Ta'ala:

وَإِذْ نَجَّيْنَٰكُم مِّنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَآءَكُمْ ۚ وَفِى ذَٰلِكُم بَلَآءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.” (QS. Al-Baqarah: 49)

Firaun telah menimpakan beragam siksaan kepada bani Israil di zaman Nabi Musa. Mereka  menyembelih anak laki-laki supaya punah. Mereka membiarkan para wanita hidup untuk menjadi pelayan mereka. Perbuatan Firaun itu sangat merendahkan dan menistakan kaum Nabi Musa. Di balik penyelamatan bani Israil dari kekejaman Firaun dan para pengikutnya, di sana ada ujian khauf (ketakutan).

Saat ini, kita mengalami berbagai musibah, mulai dari angin besar, banjir, tanah longsor, kecelakaan, dan lainnya. Ditambah lagi merebaknya virus corona di seantero dunia yang juga merupakan ujian khauf (ketakutan). Sikap yang diperlukan dari musibah sekarang ini adalah berserah diri kepada Yang Maha Memiliki, Allah Subahanhu wa ta’ala. Bumi, langit, dan seisinya adalah milik Allah, maka Allah berhak menjadikannya seperti apa, bahkan seandainya seluruhnya diluluh lantakkan, manusia tidak akan bisa berbuat apa-apa.

Menghadapi situasi seperti ini, manusia harus bermuhasabah (introspeksi), apakah musibah yang ia terima merupakan bentuk ujian, peringatan, atau yang lain sehingga manusia harus lebih serius  dalam menjaga amanah alam ini. Allah berfirman:

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum: 41)

Imam Jalaludin dalam Tafsir Jalalain menjelaskan lafal بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ (karena perbuatan tangan manusia) dengan arti مِنَ الْمَعَاصِى, yang berarti karena maksiat. Artinya bahwa kerusakan di bumi ataupun di laut timbul karena ulah manusia, persisnya sebab kemaksiatan yang mereka lakukan. (Kitab Tafsir Jalalain)

Kemaksiatan di sini tentu bukan hanya berbentuk pelanggaran atas norma “halal-haram” yang biasa kita dengar, seperti minuman keras, berjudi, zina, atau sejenisnya. Selain berkenaan dengan urusan privat, kemaksiatan juga bisa berupa dosa yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan (muamalat). Segala bentuk perbuatan merusak alam adalah kemaksiatan. Karena dengan merusak alam, secara tidak langsung telah mengurangi keseimbangan alam sehingga akan menyebabkan masalah pada hari ini dan masa-masa yang akan datang. Jadikanlah musibah sebagai momentum meningkatkan ibadah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, maka Allah akan memberikan musibah/cobaan. (HR Bukhari).

Segala musibah ini kita jadikan momentum untuk meningkatkan dzikir dan muhasabah (introspeksi) diri. Menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan memperbanyak istighfar, jika kamu ingin memperbaiki dunia mulailah dari dirimu, keluarga dan keturunanmu dulu. Niscaya, kamu akan mengubah dunia mereka.

 

Oleh: Halidah


Posting Komentar

0 Komentar