"Tangan Kasar Penangkal Api Neraka"

 


Di zaman sekarang ini, hampir semuanya dapat dibeli dengan uang. Dan pekerjaan menjadi ukuran derajat dan kekayaan seseorang. Sedikit sekali yang bersyukur selalu mengeluh akan apa yang ia dapatkan. Namun tanpa disadari banyak sekali nikmat Allah dan uang ataupun kekayaan hanyalah salah satu dari nikmat yang Allah beri. Kaya ataupun miskin sama saja dihadapan Allah yang membedakan hanyalah Iman dan ketakwaan seseorang. Namun bukan berarti juga untuk kita bermalas-malasan seolah-olah menerima takdir menjadi miskin. Allah berfirman "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri". (Qs. Ar-Ra'd Ayat 11).

 Ayat tersebut memiliki makna bahwa kita harus bekerja keras namun selalu melibatkan Allah untuk segala urusan kita. Pekerjaan di dunia ini semuanya bagus selama dengan cara yang baik dan tidak dilarang oleh agama. Seiring berkembangnya zaman semakin sulit sekali untuk mencari pekerjaan terutama pekerjaan yang halal. Tak sedikit diantara mereka yang memilih jalan pintas yang akhirnya memunculkan tindakan kriminal dimana-mana dan juga menjadi pengemis ataupun menjadi penghibur di jalan raya mengharapkan iba dari seseorang yang ada disana. Namun juga, apakah hal seperti itu termasuk kerja keras dan apakah itu dirahmati Allah?     

Dalam suatu kisah pada zaman Rasulullah tepatnya ketika beliau baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan ada uzur.

Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. Rasulullah bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali?” Si tukang batu menjawab, “Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.” Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda, “Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, ‘inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya.

Rasulullah tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras. 

Pesan dari kisah ini, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa bekerja keras memiliki kemuliaan di sisi Allah dan Rasulnya digunakan untuk mencari rizki yang halal dan berkah karena Allah SWT dan dengan begitu seseorang akan terhindar dari api neraka.

Oleh : Miftahul Jannah

Posting Komentar

0 Komentar