Sumber foto: Republika.co.id
Islam telah melewati sejarah yang panjang,
dari awal kehadirannya sekitar 14 abad yang lalu sampai sekarang, Islam telah
menorehkan berbagai macam peristiwa. Berbagai dinamika kehidupan mewarnainya
hingga menjadi sejarah yang kini banyak dituliskan para sejarahwan di dalam
banyak buku sejarah. Harun Nasution membagi sejarah Islam dalam tiga periode,
yaitu periode klasik (650-1250 M) ketika Islam mengalami perkembangan yang
sangat pesat dan mencapai masa kejayaannya, periode pertengahan (1250-1800 M) ketika
Islam mengalami kemunduran yang disebabkan berbagai faktor, dan periode modern
(1800 M-sekarang) ketika Islam mengalami masa kebangkitannya atau pembaharu
dari keterpurukan pada masa sebelumnya. Dalam perjalanannya, Islam pernah
menorehkan tinta emas pada periode klasik. Pada masa itu, Islam memberikan kontribusi
sangat besar terhadap perkembangan dunia di berbagai aspek. Banyak ilmuwan
muslim yang memiliki kontribusi besar bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan mempelajari dan mengembangkan ide-ide terdahulu atau dengan membuat
terobosan yang terbaru dengan tujuan kemaslahatan umat. Setidaknya, ada dua
dinasti Islam terbesar pada masa itu yang menjadi penyokong bagi keberhasilan
Islam meraih kejayaan, yaitu Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad dan
Dinasti Umayah yang berpusat di Andalusia. Kedua dinasti Islam tersebut banyak
melahirkan ilmuwan-ilmuwan muslim yang berjasa bagi kehidupan di dunia dan daerah
kekuasaannya pun sangat luas hampir sepertiga dari luas bumi mencakup wilayah Timur
Tengah, Afrika, Eropa dan Asia Kecil. Pada aspek ilmu pengetahuan, Islam pada
masa itu tidak perlu diragukan lagi, ilmu pengetahuan sangat berkembang pesat
di Baghdad dan Andalusia, banyak penemuan-penemuan baru yang sangat berharga
bagi kehidupan hingga sekarang. Baghdad dan Andalusia menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dunia, kemajuan ilmu
pengetahuan berdampak positif kepada sektor kehidupan yang lain, seperti ekonomi, politik, sosial
dan budaya.
Sebagai seorang muslim,
kita sebaiknya mengetahui sejarah Islam, selain kita bisa mendapatkan ibrah
atau pembelajaran dari sejarah tersebut, kita juga dapat menjadikan sejarah
sebagai pemacu semangat dakwah dalam menyebarkan agama Islam. Perlu kita
ketahui bersama bahwa masa kejayaann Islam pada periode klasik (650-1250 M) banyak muncul tokoh-tokoh ilmuwan Islam yang sangat berjasa bagi kehidupan
hingga saat ini. Diantaranya,
ada Ibnu Sina (980
M-1037
M) yang terkenal ahli dalam bidang kedokteran dengan buku karyanya,
yaitu Qanun Ath-Thib, buku rujukan kedokteran bagi dunia kesehatan di seluruh dunia
sampai sekarang, buku tersebut memuat segala hal yang berkenaan dengan dunia
kesehatan dan kedokteran. Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (780-850 M) yang ahli dalam bidang matematika, penemuannya yang sangat berharga adalah ilmu al-jabar dan sistem perhitungan desimal dari angka 0-10, karya terbesarnya yang memiliki kontribusi besar
bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Matematika adalah Hisb Al-Jabr wa
Al-Muqbalah (Perhitungan Aljabar dan Persamaan). Jabir bin Hayyan (722-804 M)
dikenal sebagai bapak kimia, dialah pertama kali yang menemukan teori molekul
kimia pada abad ke-8 M. Selain itu, dia juga menemukan asam klorida, asam nitrat,
asam sitrat, asam asetat, teknik distilasi dan teknik kristalisasi, dan masih
banyak lagi kontribusinya dalam bidang kimia. Al-Kindi (801-873 M) merupakan
filsuf muslim pertama, dia banyak mempelajari filsafat dari filsafat Yunani Kuno.
Al-Kindi yang orang barat menyebutnya Al-Kindus telah banyak melahirkan karya-karya
yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan filsafat,
ada lebih 260 karya dari hasil buah pemikirannya selama bergelut dengan ilmu
pengetahuan di Bait Al-Hikmah. Melihat banyaknya karya yang dihasilkannya
membuktikan bahwa dia memiliki ilmu pengetahuan yang sangat dalam dan luas.
Al-Farabi (872-950
M) juga tercatat
sebagai salah satu filsuf muslim terbesar, ilmu yang ditekuninya lebih banyak
terfokus kepada ilmu logika. Pemikirannya yang berkenaan dengan filsafat adalah
pendapatnya tentang emanasi Tuhan, menurutnya alam ini terjadi akibat dari
emanasi Tuhan atau pancaran dari Tuhan yang memiliki tingkatan wujud atau akal
dan yang menjadi wujud pertama adalah Tuhan dan setiap wujud yang berada pada
tingkatan di bawahnya merupakan pancaran dari Tuhan berupa alam. Sayangnya,
tidak banyak karya Al-Farabi yang diketahui karena karyanya berupa risalah yang
merupakan karya pendek dan tidak banyak dibukukan menjadi buku yang besar
sehingga menyebabkan sebagian karyanya hilang. Imam Al-Ghazali (1058-1111 M) adalah seorang
yang dijuluki Hujjatul Islam, dia adalah seorang teolog Islam dan filsuf muslim
terkemuka. Dalam dunia filsafat dia tidak segan untuk mengomentari pemikiran
filsafat Yunani terdahulu. Menurutnya, alam semesta ini dibagi dalam dua bagian,
yaitu dunia yang sementara dan akhirat yang kekal. Pemikiran filsafatnya yang
cukup terkenal adalah konsep tentang Tuhan dan hubungan dengan ciptaan-Nya,
salah satu karyanya dalam bidang filsaat adalah buku Tahafut Al-Falasifah. Dia
juga merupakan ulama yang sangat kental dengan dunia tasawufnya, dalam
perjalanan hidupnya dia pernah menjadi Professor Universitas Nizamiyah di
Baghdad yang merupakan institusi pendidikan paling bergengsi pada masa itu, hal
itu tak lantas menjadikannya seorang yang cinta akan dunia karena memiliki
jabatan sehingga pada suatu waktu dia memutuskan untuk meninggalkan jabatan itu
dan memilih jalan sufi sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah Swt.
Karyanya dalam bidang tasawuf yang terkenal sampai saat ini adalah Ihya
Ulumuddin. Al-Biruni (973-1048 M) merupakan seorang ilmuwan yang mahir dalam
bidang astronomi sehingga dia dijuluki sebagai bapak astronomi, dia lah yang
menemukan konsep yang mengatakan bahwa cahaya lebih cepat daripada suara.
Ar-Razi (865-925 M) merupakan ilmuwan muslim yang pertama kali
menemukan dan mendiagnosa bahkan dapat menyembuhkan penyakit cacar. Salah satu
pemikirannya yang memiliki kontribusi besar dalam dunia kesehatan adalah
pendapatnya tentang cacar dan campak merupakan dua wabah yang berbeda,
pendapatnya ini dia tuangkan dalam karyanya yang berjudul Al-Judar wal Hasbah
(Cacar dan Campak). Ibnu Rusyd (1126-1198 M) merupakan salah satu ilmuwan
muslim yang banyak berkarir dalam bidang filsafat, pemikirannya dalam bidang
filsafat adalah pendapatnya sebagai seorang filsuf tentang semua persoalan
agama harus dipecahkan dengan akal, logika harus dipakai sebagai dasar segala
penilaian tentang kebenaran. Hasil pemikirannya itu dituliskannya dalam
karyanya yang berjudul Tahafut
at-Tahafut yang berisi
tentang kajian filsafat.
Para ilmuwan muslim tersebut tidak hanya
sekedar mendalami ilmu dunia, di samping itu mereka adalah seorang ulama yang
paham akan agama Islam. Jadi, ilmuwan pada masa kejayaan Islam mampu menguasai
berbagai bidang ilmu pengetahuan dengan tidak mengenyampingkan bidang ilmu
lainnya, termasuk ilmu tentang agama. Mereka bisa menyandingkan ilmu-ilmu
tersebut sehingga ilmu yang dimilikinya saling berkaitan dan mendukung satu
sama lain. Jika berbicara soal urusan agama, mereka tidak dapat diragukan lagi
tentang kedalaman ilmunya, mereka-lah muslim yang sejati, hal ini sesuai dengan
perintah agama untuk berpikir dan merenungi ayat-ayat Allah atau tanda-tanda
kebesaran-Nya yang tidak hanya tekstual, tetapi juga secara tersirat yang bisa
didapat dari alam semesta yang sangat luas ini. Sesuai dengan Firman Allah Swt.
إِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي
الْأَلْبَابِ . الَّذِينَ يَذْكُرُونَ
اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka”. (Ali ‘Imran/3:190-191)
Kewajiban setiap
muslim untuk menuntut ilmu sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw berikut.
طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِثْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu
muslim." (HR. Ibnu
Majah)
Perlu kita ingat bersama bahwa
para ilmuwan pada masa kejayaan Islam tidak hanya semata-mata menuntut ilmu
saja. Akan tetapi, sebagai persiapan bagi mereka untuk mendakwahkan Islam lebih
luas lagi. Nabi Muhammad Saw bersabda:
بَلِّغُوا
عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Firman Allah Swt:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ
وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Q.S. Fussilat/41: 33)
Dengan banyaknya ilmu yang mereka
kuasai, maka akan semakin mudah dalam mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru
negeri. Tugas kita saat ini adalah meneladani tokoh-tokoh ilmuwan muslim
tersebut dalam ketekunannya menuntut ilmu sehingga kelak kita akan bisa
mengikuti jejak mereka dalam mendakwahkan Islam dengan harapan Islam bisa
meraih masa kejayaannya lagi berkat adanya usaha yang tulus demi tegaknya Islam
di muka bumi Allah ini. Dengan begitu, kita dapat melaksanakan amanah dari
Allah kepada manusia sebagai Khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi dan tidak
lupa diri bahwa kita juga adalah Abdullah (hamba Allah) yang kelak akan kembali
kepada-Nya.
Oleh: Muhammad Yazid Assyairi
4 Komentar
Apakah Kita sebagai mahasiswa s1 mempunyai kompetensi dan keharusan untuk berdakwah?
BalasHapus:)
BalasHapus💯💯💯
BalasHapusMasya Allah
BalasHapus