Masjid adalah rumah tempat ibadah umat Islam atau muslim. Masjid artinya
tempat sujud. Masjid
juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan
hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al-Qur'an sering
dilaksanakan di masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang
peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.
Di Provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya di Martapura terdapat masjid yang bersejarah, yaitu Masjid Agung Al
Karomah. Masjid ini berada di posisi yang sangat strategis, berdiri megah dekat
jalan raya, berdampingan dengan Pasar Martapura dan di tengah permukiman
masyarakat. Setiap hari, masjid ini ramai dikunjungi kaum muslimin, baik warga Martapura
maupun pengunjung yang sedang melakukan wisata religi, shalat lima waktu ataupun keperluan
ibadah lainnya.
Masjid ini didirikan tanggal 10 Muharram 1280 H atau
27 April 1863 M oleh Tuan Guru H. Muhammad Apip atau dikenal dengan sebutan
“Datu Landak”. Ada empat tiang yang
didirikan sendiri oleh beliau, persis sekarang berada di ruang tengah bangunan
masjid. Sebagai pusat Kerajaan Banjar, Martapura tercatat menjadi saksi dua belas sultan yang memerintah.
Pada waktu itu,
masjid berfungsi sebagai tempat peribadatan, dakwah islamiyah, integrasi umat
Islam, dan markas atau benteng
pertahanan para pejuang dalam menantang Belanda. Akibat pembakaran Kampung
Pasayangan dan masjid Martapura, muncul keinginan membangun masjid yang lebih
besar. Tahun 1280 Hijriyah atau 1863 Masehi,
pembangunan masjid pun dimulai.
Sebelumnya masjid ini bernama Masjid Jami Martapura
yang didirikan panitia pembangunan masjid,
yaitu H. M. Nasir, H. M. Taher (Datu Kaya), H. M. Apip (Datu Landak).
Kepanitiaan ini didukung Raden Tumenggung Kesuma Yuda dan Mufti H. M. Noor. Menurut
riwayatnya, Datuk Landak dipercaya untuk mencari kayu ulin sebagai sokoguru
masjid ke daerah Barito, Kalimantan Tengah. Konon, menurut cerita yang
beredar di tengah masyarakat Banjar, empat
kayu ulin tersebut dibawa Datu Landak hanya berjalan kaki dengan menyeret
batang kayu-kayu ulin tersebut dari Barito, Kalimantan Tengah. Setelah tiang
ulin berada di lokasi bangunan masjid,
lalu disepakati.
Tepat 10 Rajab 1315 H (5 Desember 1897 M) dimulailah
pembangunan Masjid Jami tersebut dengan struktur utama dari kayu ulin dengan
atap sirap, dinding dan lantai papan kayu ulin. Perubahan dari waktu ke waktu
masjid tersebut selalu direnovasi, tetapi struktur utama tidak berubah.
Malam Senin,
12 Rabiul Awal 1415 H dalam perayaan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad ﷺ, Masjid Jami Martapura
diresmikan menjadi Masjid Agung Al Karomah. Saat ini, Masjid Agung Al Karomah
berdiri megah dengan konstruksi beton dan rangka atapnya terbuat dari baja
stainless yang terangkai dalam struktur space frame. Untuk kubahnya, dilapisi dengan bahan
enamel. Masjid Agung Al Karomah direnovasi besar-besaran di era H. Rudy Ariffin sebagai Bupati Banjar.
Di dalam masjid, sampai saat ini masih dapat ditemukan dan dilihat struktur
utama Masjid Jami Martapura yang tidak dibongkar sehingga dapat dilihat
sebagai bukti sejarah mulai berdirinya masjid tersebut. Setelah mengalami renovasi,
Masjid Raya Al Karomah diyakini sebagai mesjid yang terbesar dan termegah di
Kalimantan Selatan. Kubahnya nan unik
dengan warna-warni eksotik di puncaknya ditambah
arsitekturnya yang menawan mengundang daya tarik tersendiri.
Oleh:
Rizki Rahmadani
Sumber: KoranBanjar
0 Komentar