Ibadah
merupakan salah satu hal yang dapat
dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Secara etimologi, ibadah berarti merendahkan diri serta tunduk, sedangkan secara
terminologi, ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Subhanahu wa ta’ala, baik berupa ucapan atau perbuatan,
yang zhahir maupun yang batin. Jadi, ibadah seperti apakah yang dimaksudkan
dengan hati yang bening itu?
Suatu malam, Al
Hasan Al Bashri berdo’a, “Ya Allah, maafkanlah siapa saja yang menzalimiku.”
Ia terus memperbanyak doa itu, maka ada seseorang yang bertanya kepadanya, “Wahai
Abu Sai’d (Al Hasan Al Bashri), sungguh malam ini aku mendengar engkau berdoa
untuk kebaikan orang yang menzalimimu, sehingga aku berangan-angan, andai saja
aku termasuk orang yang menzalimimu, maka apakah yang membuatmu melakukannya?” Beliau
menjawab, “Firman Allah:
ﻓَﻤَﻦْ ﻋَﻔَﺎ ﻭَﺃَﺻْﻠَﺢَ ﻓَﺄَﺟْﺮُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ
‘Barangsiapa
memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya kembali kepada Allah. (QS.
Asy-Syuuro: 40)’”
(lihat kisah ini pada kitab Syarah Shohih
Bukhori, karya Ibnu Baththol, 6/575-576)
Sungguh,
itulah hati yang dijadikan shalih dan dibina oleh para pendidik dan para guru
dengan berlandaskan Al-Qur’an dan as-Sunnah, maka selamat atas surga yang
didapatkan oleh mereka. Janganlah engkau bersedih meratapi kebaikanmu. Sebab,
jika di dunia ini tidak ada yang menghargainya, yakinlah bahwa di langit ada
yang memberkahinya. Keyakinan muslim
sejati adalah mereka yakin bahwa ketika mereka menjaga hak-hak Allah Subhanahu
wa ta’ala, maka Allah selalu memberi yang terbaik untuk kehidupan mereka. Muslim
sejati meyakini bahwa mereka tak akan pernah lepas dari masalah sebagai ujian
dari yang Maha Pemilik Kehidupan. Mereka meyakini ada hikmah yang banyak
terkandung di balik semua ujian yang mereka lalui.
Adapun hikmah
yang dapat kita ambil, yaitu:
1. Kesulitan dan musibah bisa memurnikan jiwa
seseorang dari dosa.
2. Kesulitan dan musibah membimbing kita untuk
kembali kepada Allah ketika kita menyimpang dari jalan-Nya, kembali mengingat
asma-Nya ketika kita melupakannya.
3. Kesulitan dan musibah membimbing seseorang
untuk merendah dan tidak tinggi hati serta terjerumus pada kesombongan.
4. Kesulitan dan musibah adalah ujian untuk
menyaring hamba-hamba-Nya. Siapa di antara mereka yang bersyukur dan siapa yang
tidak bersyukur.
Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah Subhanahu wa ta’ala di dunia dan akhirat.
Oleh: Padlianor
0 Komentar