Kisah Tsa'labah Yang Di Tolak Zakatnya

Pada zaman Nabi hiduplah seorang laki-laki dari kaum Anshar yang bernama Tsa'labah. Ia hidup sangatlah miskin, namun ia dikenal sebagai orang yang tetap beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. 

Hingga suatu ketika, saat Tsa'labah mulai muak dengan kemiskinan yang dialaminya, ia membujuk Rasulullah agar mendoakannya menjadi orang yang kaya raya. Tsa'labah berkata, Wahai Rasulullah, doakanlah aku agar Allah melimpahkan harta yang banyak. Namun permintaan Tsa'labah tersebut ditolak mentah-mentah oleh Rasulullah saw. Rasul menjawab, Wahai Tsa’labah, sesungguhnya sedikit rasa sesuatu yang bisa engkau syukuri jauh lebih baik dari pada yang banyak namun tidak mampu engkau syukuri. Bukankah engkau memiliki suri tauladan dari Rasulullah (yang tidak hidup dengan harta berlimpah?) Demi Zat yang jiwaku berada ditangan-Nya, jika aku menginginkan gunung berubah menjadi emas dan perak maka semua itu akan terjadi.

Mendapat jawaban demikian, Tsa’labah kecewa, namun tetap tidak mengurungkan niatnya. Tsa’labah terus mendesak Rasulullah agar mendoakannya menjadi orang kaya. Iya terus mendatangi Rasulullah walaupun sudah pernah ditolak untuk mendoakannya menjadi orang kaya. 

Hingga suatu hari saat itu Tsa'labah sangat berambisi menjadi orang kaya, dan pada akhirnya iya mampu meluluhkan hati Rasulullah dengan sebuah janji bahwa ia akan tetap istiqamah di jalan Allah. Dan kemudian mengucapkan sumpahnya "Demi Zat yang telah mengutusmu dengan hak. Jika engkau memohon kepada Allah, lalu Dia memberiku harta kekayaan, niscaya aku akan memberikan hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya,"ujarnya. Akhirnya Rasulullah saw mendoakannya agar Allah memberikannya rezeki dan memberkahinya. 

Allah pun memenuhi doa Rasulullah, sehingga akhirnya ia memiliki seekor unta dan domba. Tsa'labah sangat senang. Setiap hari dia berusaha menggemukkan ternaknya, membuat ternaknya bisa menghasilkan susu yang banyak untuk bisa dijual. Tsa'labah masih teguh bersikap istiqamah saat memenuhi panggilan jihad pada Perang Badar.

Seusai perang, dia kembali pada ternaknya. Dia menggembalakannya, menggemukkan yang kurus, dan membesarkan yang kecil. Harinya semakin sibuk seiring bertambahnya jumlah ternak yang dimilikinya. Mereka beranak pinak bak belatung hingga Madinah menjadi penuh sesak.

Akibatnya, dia dan ternaknya menyingkir dan tinggal di sebuah lembah dekat Madinah sehingga dia masih bisa shalat Zhuhur dan Ashar dengan berjamaah. Sedangkan, shalat lainnya dilakukannya sendirian.

Tsa’labah yang semakin sibuk mengurus kambing-kambingnya akhirnya perlahan mulai meninggalkan salat. Bahkan ketika salah seorang utusan Rasulullah mendatanginya untuk meminta zakat dari Tsa’labah, ia menolaknya dengan dalih zakat hanyalah pajak belaka.

Utusan Rasulullah itu lalu menyampaikan apa yang dikatakan Tsalabah hingga membuat Rasulullah saw geram sehingga Rasul bersabda  "Sungguh celaka Tsalabah, Sungguh celaka ia" 

Kejadian yang dialami Tsa’labah di atas menjadi sebab turunnya Surah At-Taubah ayat 75-76 yang artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, 'Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang saleh.' Ketika Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling, dan selalu menentang (kebenaran)”. (QS. At-Taubah: 75-76).

Ketika ayat itu disampaikan Rasulullah kepada para sahabatnya, ada salah seorang kerabat Tsa'labah yang ikut mendengar dan kemudian menyampaikan hal itu kepada Tsa'labah yang menjadi kalang kabut. Dia pun pergi menemui Nabi dan memohon agar beliau mau menerima zakat darinya.

Namun, Nabi tak mau menerimanya. Sesungguhnya Allah melarangku untuk menerima zakatmu. Kemudian, Tsa'labah yang sangat menyesal melaburi kepalanya dengan tanah. Lalu, Rasulullah berkata kepadanya, Inilah amalanmu. Aku telah memerintahkan sesuatu kepadamu, tetapi engkau tidak mau mematuhiku. Hingga Rasulullah dan para khalifah tidak menerima sedikit pun zakatnya sebagai akibat dan kecongkakannya.


Oleh: Nadia Khaifa

Posting Komentar

0 Komentar