Sebelumnya, perlu kita
ketahui apa itu sifat muraqabah serta penjelasannya. Dari segi bahasa,
muraqabah berarti pengawasan dan pantauan. Sebab, sikap muraqabah ini
mencerminkan adanya pengawasan dan pemantauan Allah terhadap dirinya. Adapun
dari segi istilah, muraqabah adalah suatu keyakinan yang dimiliki seseorang
bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa mengawasinya, melihatnya,
mendengarnya, dan mengetahui segala apapun yang dilakukannya dalam setiap
waktu, setiap saat, setiap nafas atau setiap kedipan mata sekalipun. Syekh
Ibrahim bin Khawas mengatakan bahwa muraqabah adalah bersihnya segala amalan,
baik yang sembunyi-sembunyi atau yang terang-terangan hanya kepada Allah. Beliau
mengemukakan hal seperti ini karena konsekuensi sifat muraqabah adalah
berperilaku baik dan bersih hanya karena Allah, dimanapun dan kapanpun. Salah
seorang ulama juga mengungkapkan bahwa muraqabah ini merupakan salah satu
bentuk ibadah kepada Allah dengan pemahaman sifat Arraqib, Al-Alim, Assami’
dan Al-Bashir pada Allah Subhanahu wa ta’ala, maka barang siapa yang
memahami sifat Allah ini dan beribadah atas dasar konsekuensi sifat-sifat-Nya
ini akan terwujud dalam dirinya sifat muraqabah.
Muraqabah merupakan
sunnah perintah Rasulullah ﷺ. Dalam sebuah hadis, beliau mengatakan:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ جُنْدَبِ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ
الرَّحْمَنِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ،
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah perbuatan
buruk dengan perbuatan baik guna menghapuskan perbuatan buruk tersebut, serta
gaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR. Tirmidzi)
Dalam ilmu tasawuf, dikatakan
bahwa sifat muraqabah ini adalah tahapan untuk orang yang awan seperti kita dan
apabila kita istiqamah dalam menjalani sifat muraqabah maka kita akan
mendapatkan sifat khauf dan raja’. Secara bahasa, khauf adalah
lawan kata al-amnu. Al-Amnu adalah rasa aman, sedangkan khauf
adalah rasa takut. Khauf adalah perasaan takut terhadap siksa dan
keadaan yang tidak mengenakkan karena kemaksiatan dan dosa yang telah
diperbuat. Raja’ adalah perasaan penuh harap akan surga dan berbagai
kenikmatan lainnya sebagai buah dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.
Bagi seorang muslim, kedua rasa ini mutlak dihadirkan atau harus diseimbangkan. Sebab, akan mengantarkan pada satu keadaan spiritual yang mendukung kualitas keagamaan seorang muslim, baik dalam membersihkan hati maupun memperbaiki ibadah-ibadah kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Beberapa manfaat menghadirkan sifat Muraqabah, yaitu:
·
Allah akan melindunginya dalam setiap
gerakan tubuhnya.
·
Allah akan menunjukkan perilaku yang
baik dalam hatinya.
·
Dapat menyaksikan dan mengalami
kesadaran diri serta keterjagaan diri sebagai proses awal kebangunan makrifat
atau pencerahan spiritual.
·
Sadar setiap waktu tentang keadaan di
dalam batin yang tak terlukiskan, yang tak ada batasnya, dan senantiasa
merasakan kehadiran Tuhan bersamanya.
·
Sadar bahwa setiap ucapan dan
perilaku selalu berada di bawah tatapan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Nah, coba kita kaitkan
sifat muraqabah ini pada masa sekarang ini, pada waktu-waktu ini, kita banyak
berdiam diri di rumah karena adanya himbauan untuk berdiam diri di rumah saja
oleh pemerintah agar dapat menghentikan penularan mata rantai virus corona.
Karena himbaun itu, banyak orang yang tidak dapat bekerja dan melakukan
aktivitas-aktivitas di luar lainnya serta banyak orang menyia-nyiakan waktunya untuk
mengisi kegiatan, seperti menonton TV, main HP, dan perbuatan yang sia-sia
lainnya yang dapat menjerumuskan kita kepada kemaksiatan, padahal Allah Subhanahu
wa ta’ala senantiasa mengawasinya, melihatnya, mendengarnya, dan mengetahui
segala apapun yang dilakukannya dalam setiap waktu, setiap saat, setiap nafas
atau setiap kedipan mata sekalipun.
Mungkin sebelum datang
virus corona ini, kita terlalu sibuk mengejar dunia dan jauh dengan Allah dan rasul-Nya
serta ibadah kita sangat sedikit bahkan sampai-sampai tidak mengerjakan
ibadah-ibadah yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, seperti
sholat, puasa, dan yang lainnya. Seharusnya, sekarang saatnya kita meningkatkan
ibadah kita dan mendekatkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
dengan menimbulkan sifat muraqabah dan meningkatkan rasa semangat kita dalam
melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar kita mendapat
ridha dari Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah ﷺ. Mungkin saja, karena
kita terlalu jauh dengan Allah dan Rasul-Nya, maka diturunkan wabah ini. Allah Subhanahu
wa ta’ala ingin kita bisa lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan rasul-Nya
serta memperbaiki ibadah kita. Semoga kita dapat ber-husnudzon (sangka
baik) dengan semua apa yang diberikan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada
kita. Sebab, Allah mengetahui apa yang tidak kita ketahui dan Allah lebih tahu
apa yang terbaik untuk kita. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah:
216 berikut.
و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى
أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa
jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)
Sebenarnya, bisa kapan
saja kita menghadirkan sifat muraqabah ini, tetapi saat ini adalah waktu yang
tepat untuk kita bertafakur atau berpikir supaya kita jangan melakukan
perbuatan sia-sia serta perbuatan yang dimurkai Allah Subhanahu wa ta’ala
karena terlalu kurangnya kegiatan kita di luar. Ayo, sama-sama kita isi
kegiatan kita dengan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat dan perbuatan yang
menghasilkan keridhaan Allah Subhanahu wa ta’ala dan Nabi Muhammad ﷺ,
seperti memperbanyak sholat sunnah, tadarusan bersama keluarga, beristighfar
setiap hari kurang lebih seratus kali sehari, perbanyak sholawat, dan masih
banyak lagi perbuatan-perbuatan yang baik lainnya. Mudah-mudahan kita dapat
menghadirkan sifat muraqabah dalam segala
perbuatan karena semua perbuatan itu akan mendapat pertanggung jawabannya
sesuai apa yang telah diperbuat. Semoga berkat kita dapat menghadirkan sifat
muraqabah dalam hati kita, kita bisa selalu merasa takut akan melakukan
perbuatan sia-sia dan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah. Aamiin Ya
Robbal ‘Alamin.
Kalau ada kesalahan dalam
penyampaian, tolong dibenarkan karena si penulis ini masih sangat kurang
ilmunya. Minta ridho, minta rela, minta halal dunia wan akhirat pun. Wallahu
‘alam.
Oleh: Abdullah
0 Komentar