Kata hijrah mungkin sudah
tidak asing lagi terdengar, ramai orang-orang membicarakannya, mulai dari kalangan
remaja hingga dewasa. Terlebih, ketika seorang selebritas turut mencengangkan
tentang hijrah, sontak para penggemarnya mengikuti langkah panutannya tersebut. Biasanya, seorang yang mengaku sedang hijrah memulainya dengan mengubah
penampilan. Misal,
seorang muslim yang gemar menggunakan celana jeans yang ketat, lalu
ketika memutuskan untuk hijrah, ia menggunakan celana yang longgar atau bisa juga
menggunakan kain sarung. Seorang muslimah yang semula belum berhijab, ketika
berhijrah, mulailah ia menggunakan hijab. Akan tetapi, apakah hijrah hanya
seputar mengubah penampilan? Apa sebenarnya makna hijrah? Bismillah, mari
sama-sama kita pahami melalui pemaparan di bawah ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hijrah memiliki
tiga arti, yaitu: pertama, perpindahan Nabi Muhammad ﷺ bersama sebagian
pengikutnya dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dan sebagainya dari
tekanan kaum kafir Quraisy; kedua, berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu
dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu; dan
yang ketiga, perubahan (sikap, tingkah laku, dan sebagainya) ke arah yang lebih
baik. Berkenaan dengan topik kali ini, hijrah yang dimaksud ialah dalam artian
yang ketiga. Hijrah sebagai perubahan ke arah yang lebih baik, tidak hanya sebatas
penampilan yang menutup aurat, tetapi juga perihal perilaku dan ibadah kepada
Allah. Karena itu, ketika berhijrah, seorang tersebut mulai memperdalam
ilmu-ilmu agama dengan rutin menghadiri majelis ilmu atau secara langsung
belajar kepada sang guru atau ada juga yang belajar melalui buku-buku agama
terlebih dahulu.
Hijrah merupakan proses yang harus dijalani secara
terus-menerus atau biasa sering kita sebut dengan istiqamah. Berusahalah untuk
selalu teguh pendirian dan konsisten meski dalam perjalanan hijrah sering
ditemui berbagai halangan, baik dari dalam diri sendiri yang tergoda dunia
maupun dari luar yang mengejek dan menghina. Jika memang berat, kita coba perlahan,
satu persatu kita benahi kebiasaan yang tidak baik, tinggalkan larangan-larangan
Allah, dan perbanyak berbuat kebaikan bagi diri sendiri maupun orang lain. Luruskan
niat dalam berbuat baik. Dikutip dari islam.nu.or.id, Syekh Ibnu Athaillah dalam
Al-Hikam menerangkan,
وانظر
إلى قوله صلى الله عليه وسلم فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله
ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها أو امرأة يتزوجها فهجرته إلى ما هاجر إليه فافهم قوله
عليه الصلاة والسلام وتأمل هذا الأمر إن كنت ذا فهم
“Perhatikanlah
sabda Rasulullah ﷺ, ‘Siapa saja yang berhijrah kepada
Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Tetapi siapa
yang berhijrah kepada dunia yang akan ditemuinya, atau kepada perempuan yang
akan dikawininya, maka hijrahnya kepada sasaran hijrahnya.’ Pahamilah sabda
Rasulullah ﷺ ini. Renungkan perihal ini bila kau termasuk orang yang
memiliki daya paham.”
Syekh Ibnu Abbad mengatakan bahwa hijrah kepada Allah dan
rasul-Nya adalah tuntutan secara eksplisit terhadap manusia untuk membulatkan
hati semata-mata untuk Allah dan larangan secara implisit untuk memberikan hati
untuk segala hal duniawi.
Jika hijrah menjadi tren, alhamdulillah, sungguh
amat baik. Artinya, semakin banyak orang yang ingin memperbaiki dirinya,
berusaha mewujudkan diri menjadi hamba Allah yang baik. Akan tetapi, kembalikan
lagi pada niat yang benar, hijrah hanya kepada Allah dan rasul-Nya. Jangan hanya
karena sedang tren, ramai sekali orang-orang menggunakan hijab dan menghadiri
majelis ilmu, lalu ikut-ikutan dan mengumumkan diri sedang hijrah, sementara
pencapaian dari hijrah itu sendiri terlewatkan. Jadikanlah hijrah sebagai usaha
kita dengan semaksimal mungkin dalam memberikan hati sepenuhnya hanya untuk Allah
dan sisihkan segala sesuatu selain-Nya dari dalam hati kita.
Wallahu a’alam.
Oleh: Rina
0 Komentar