Sunah-Sunah dalam Berpuasa




Bulan ramadhan sudah tiba, nih, tapi tahukah kalian apa aja sunah-sunah saat kita berpuasa? Dalam kitab matnu gayah wattakrib, kemudian disyarahkan oleh pengarang fathul qorib, ada tiga macam sunah yang baiknya kita laksanakan saat berpuasa. Pertama, yaitu bersegera berbuka atau dalam bahasa Arab disebut ta’jil yang artinya menyegerakan berbuka. Apabila dikumandangkan azan magrib atau kita mendengar suara dauh/beduk dipukul, maka kita langsung ambil kurma. Nah, itulah yang dinamakan ta’jil. Kalau setelah azan, kita langsung salat qobliah magrib, lalu salat magrib, zikir, doa, ba’diah magrib, baca al-qur’an dua juz, itu bukanlah ta’jil, sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda,
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْر
Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098, dari Sahl bin Sa’ad)

Rasulullah senang berbuka puasa dengan rotab, yaitu kurma setengah matang. Kalau tidak ada, barulah beliau berbuka dengan Tamar, yaitu kurma matang yang sering kita temukam di pasar-pasar. Kalau yang dua itu tadi tidak ada, maka berbukalah dengan air. kalau air masih tidak ada, makan makanan yang tidak disentuh api, maksudnya buah-buahan atau bisa juga dengan madu. Nah, teman-teman, itu tadi adalah makanan yang disukai Rasulullah saat berbuka puasa dan beliau kalau berbuka puasa selalu bersegera.

Sunah yang kedua adalah wat ta’khirussuhur, berarti mengakhirkan bersantap sahur. Ada perbedaan antara sahur dan suhur, kalau sahur itu makanan yang kita makan di waktu sahur, seperti makan nasi dan ikan. Sedangkan bersantap sahurnya disebut dengan suhur. Lalu, berapa lama, sih, jarak waktu  Nabi bersuhur dengan salat subuh? Di dalam sebuah hadis disebutkan sebagai berikut.
تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلاَةِ. قُلْتُ كَمْ كَانَ قَدْرُ مَا بَيْنَهُمَا قَالَ خَمْسِينَ آيَةً.
Kami pernah makan sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian, kami pun berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian, Anas bertanya pada Zaid, ‘Berapa lama jarak antara adzan Shubuh dan sahur kalian?’ Zaid menjawab, ‘Sekitar membaca 50 ayat’”. (HR. Bukhari no. 575 dan Muslim no. 1097)

Saat ini, orang-orang mengatur imsak kurang lebih jaraknya sepuluh menit sebelum subuh, itulah yang dimaksud dengan mengakhirkan. Bukan berarti kalau makan jam satu malam tidak dapat pahala sahur, tetaplah dapat pahala sahur karena arti sahur itu ba’da nisfi lail artinya setelah tengah malam. Jadi, setelah jam dua belas sampai sebelum azan subuh itu disebut waktu sahur. Ada orang makan di jam satu malam itu sudah bersahur, kesunnahan bersahur sudah dia dapatkan, tapi kesunnahan menta’khirkan sahur itu yang tidak ia dapatkan.

Dalam al-Qur’an, Allah memuji orang-orang yang bersahur. Oleh karenanya, ini bukan masalah kuat-kuatan dalam berpuasa tanpa sahur, tapi maksudnya adalah kita mengikuti sunah Rasulullah ﷺ.
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
Bersahurlah, kerana sesungguhnya pada sahur (makanan) itu ada keberkatan.” (riwayat Al Bukhari dan Muslim)

Sunah yang ketiga adalah tarkul fahis, berarti meninggalkan kata-kata kotor, jorok, dusta, gibah, namimah, dan lain-lain. Alangkah baiknya jika kita meninggalkan hal yang sia-sia dan menggantinya dengan membaca al-Qur’an, serta memperbanyak istighfar dan sholawat.

Selamat menjalankan ibadah puasa, mari kita amalkan sunah-sunah yang sudah disebutkan di atas, semoga kita semua mendapat limpahan rahmat dan ridho Allah subhanahu wa ta’ala di bulan yang mulia ini.

Oleh: Muhammad Anas


Posting Komentar

4 Komentar