Bacalah!


sumber foto: unsplash.com


Iqra! Read! Lesen! Lire! Letto! Yomu! Ilg-gi! Chitat'! Diavázo! merupakan kata-kata perintah yang bukan hanya sedekar kata, melainkan firman Allah yang pertama kali diturunkan melalui perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Bahkan, sebuah kata perintah tersebut diulang sebanyak tiga kali oleh Malaikat Jibril sebelum melanjutkan penyampaian ayat selanjutnya. Sungguh, kata perintah tersebut menghendaki sebuah perubahan dari yang awalnya pasif menjadi aktif, dari yang awalnya diam menjadi bergerak, dari yang awalnya tidak bisa menjadi bisa, dan dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Perubahan ini menunjukkan telah terjadinya sebuah kemajuan dengan bukti bertambahnya ilmu dan keahlian.

Dengan demikian, siapa pun yang ingin ilmu dan keahliannya bertambah, berarti ia harus membaca. Apa yang harus ia baca?  Segala sesuatu yang tertulis secara tekstual maupun nontekstual. Ini berarti menunjukkan sebuah usaha serius yang dilakukan secara sadar untuk menempatkan dirinya pada derajat tertentu agar bisa sejajar dengan derajat Para Mahaguru Peradaban, Cendekiawan maupun Ulama.

 Berdasarkan kegunaannya, sesuatu itu dapat dikatakan sebuah buku apabila terdiri atas rangkaian informasi atau data bermakna yang saling berkaitan secara sistematis dan bernalar. Buku merupakan komunikasi tertulis yang disusun untuk tujuan menambah ilmu pengetahuan, prestasi, dan pemeliharaan sumber-sumber informasi yang berharga.

Ibnu Ishaq, al-Wakidi, Ibnu Sa’ad, al-Balazuri, at-Tabari, dan al-Bukhari menunjukkan bahwa Urwah bin Zubair (wafat 713 M) adalah orang pertama yang menghimpun buku-buku berhalaman lepas. Kemudian muridnya, az-Zuhri (wafat 742 M) menghimpun sedemikian banyak sehingga hampir tidak ada ruangan bagi yang lain dirumahnya.

Dalam sejarah, dituliskan sebuah cerita dari al-Qathbu al-Yunini tentang Imam an-Nawawi rahimahullah, ia berkata: “An-Nawawi adalah orang yang tidak mau membuang-buang waktunya, baik ketika siang maupun malam. Ia selau sibuk dengan urusan ilmu pengetahuan. Bahkan, saat sedang dalam perjalanan pun ia tetap sibuk menghafal atau membaca pelajaran. Ia menjalani kebiasaanya tersebut selama enam tahun.” Sedangkan al-Jahizh mempunyai sebuah kebiasaan ketika memegang buku apa saja, beliau akan membacanya sampai habis. Sementara itu, Abu Bakar al-Khayyath an-Nahwi menggunakan seluruh waktunya untuk belajar, termasuk ketika beliau dalam sebuah perjalanan. Akibat hobinya tersebut, beliau pernah jatuh ke lereng bukit dan diinjak oleh binatang. Sungguh luar biasa penggalan cerita para Ulama masa lalu akan kegilaannya terhadap membaca dan ilmu pengetahuan, bahkan sampai mengalahkan akan kebutuhan primer hingga melupakan keselamatan dirinya sendiri.

Dalam sejarah Negara kita sendiri pun sangat banyak meninggalkan sebuah warisan yang sangat berharga nilainya, diantaranya berupa kekayaan alam yang sangat berlimpah, kebudayaan/tradisi, membaca/menulis dan lain sebagainya. Namun, sebuah warisan membaca/menulis ini yang tidak sepenuhnya dapat kita jaga dan lestarikan. Padahal, sebagaimana yang kita ketahui bahwa Soekarno, Mohammad Hatta, Soeharto, B. J. Habibie dan tokoh yang lainnya sangat terkenal akan kegilaannya terhadap membaca dan ilmu pengetahuan, yang membuat mereka sangat rakus untuk mengumpulkan dan membelanjakan uangnya hanya untuk sebuah buku.

Pada zaman sekarang ini, kita sering disebut sebagai generasi milenial yang terkenal akan kreativitasnya terhadap sebuah aplikasi yang ada di smartphone, baik itu berupa sebuah hiburan maupun permainan. Andai waktu itu kita sibukkan dengan membaca dan menambah ilmu pengetahuan, tentu akan sangat jauh lebih bermanfaat. Namun, kecanggihan dari sebuah alat yang bernama smartphone ini membius semua golongan, baik itu dari kalangan anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Memang tidak ada yang salah dengan alat yang bernama smartphone  ini, tetapi jangan sampai waktu kita habiskan hanya berduaan dengannya untuk sesuatu hal yang tidak bermanfaat. Artinya, kita sebagai pemiliknya juga harus smart  dalam memakai atau menggunakannya.

Mulai sekarang, yuk, kita tanamkan dalam diri sendiri pada hati dan jiwa yang dalam bahwa kesadaran akan membaca tersebut sangatlah penting untuk kebutuhan otak atau pikiran kita, sebagaimana kebutuhan tubuh terhadap makanan dan minuman. Sebab, kualitas suatu bangsa dapat dilihat dan diukur dari kegemaran dan kegilaannya dalam membaca. Artinya, semakin tinggi kebutuhannya akan membaca, maka semakin tinggi pula kualitas hidupnya, begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, coba kamu bayangkan, suatu hari nanti ketika sudah menjadi seorang guru atau orang tua, ketika murid atau anakmu menanyakan tentang suatu hal, tetapi ketika itu kamu tidak mampu untuk menjawabnya, sungguh sangat memalukan dan tidak kerennya kamu.

Dalam kehidupan ini, kita boleh saja memiliki muka yang pas-pasan, hidup miskin dan sebagainya. Namun, tidak dalam hal ilmu pengetahuan dan wawasan, karena janji Allah dalam Alquran bahwa orang yang berilmu itu akan diangkat atau dinaikkan beberapa derajat daripada orang tidak berilmu. Semoga Bermanfaat.



From Roni, For Roni.


Posting Komentar

4 Komentar