Internet
merupakan kependekan dari interconnection networking, didefinisikan
sebagai seluruh jaringan komputer yang saling terhubung sehingga pengguna di
seluruh belahan dunia dapat saling berkomunikasi atau berbagi data.
Sistem
jaringan komputer yang dibentuk oleh Departmen Pertahanan Amerika Serikat pada
tahun 1969 ini, hingga sekarang terus berkembang dengan pesat di seluruh
belahan dunia. Bukan hanya dalam bidang keamanan, bahkan internet sebagai media
multifungsi yang sangat berpengaruh pada ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial,
juga budaya. Sedemikian besarnya pengaruh internet terhadap perubahan kehidupan
manusia.
Beragam
topik dan pembahasan ada dalam berjuta laman web di internet. Dengan layanan
yang sangat mudah, ketersediaan hampir segala sesuatu padanya, menjadikan
internet banyak memiliki sisi negatif di samping positifnya bagi orang yang
sekedar iseng saja. Apalagi tanpa berbekal iman dan takwa. Terlebih lagi di
zaman yang banyak godaan syahwat dan syubhat sekarang ini. Seorang yang
berbekal ilmu agama dan takwa saja tidak aman untuk terjatuh dalam beragam
maksiat yang ada, bagaimana selainnya?! Faktanya, mayoritas pengguna internet
minim dari bekal takwa sehingga sangat rentan terhadap berbagai dampak negatif
internet.
Sebagai
sumber informasi terlengkap pada zaman ini, internet meyajikan segala sesuatu.
Hampir semua informasi ada di internat. Ada artikel keagamaan, kesehatan, atau
beragam makalah pendidikan. Ada pula opini-opini miring, berbagai syubhat, atau
tulisan apa saja. Memang, siapa pun bebas menuangkan dan menuliskan gagasan
serta pikirannya. Dalam hal ini, kesempatan orang yang baik sama dengan orang
yang jahat. Peluang pengajak kepada kebenaran pun sama dengan mereka yang
mengajak kepada kebatilan. Demikian, hendaklah setiap pengakses internet harus
waspada. Terutama berkaitan dengan ilmu agama. Jangan mengambil ilmu agama
sembarangan. Jangan asal mencari di mesin google tanpa memilih sumber berita.
Keumuman
orang sangat selektif dalam permasalahan dunia. Saat sakit, yang dipilih adalah
dokter ahli. Dicari dokter spesialis, pun yang berpengalaman, banyak pasien
yang merekomendasi. Walaupun harus meluangkan waktu, menempuh jarak yang
melelahkan, pasti akan diusahkan. Namun, untuk permasalahan agama, justru
mereka sembarangan mencari solusinya. Padahal, risiko terberat untuk penyakit
badan adalah mati. Sementara salah jalan, salah beragama adalah kebinasaan
berkepanjangan di akhirat nanti. Memang ironis, ilmu kesehatan yang bisa dikaji
dengan akal justru disikapi ekstra hati-hati. Sementara ilmu agama yang tidak
dikaji kecuali dari wahyu melalui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
malah asal pilih orang.
Oleh
sebab itu, Muhammad bin Sirin Rakhimahullah berwasiat:
“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka lihatlah dari
siapa kalian mengambil agama kalian.” (HR. Muslim)
Apalagi
fenomena artis dai yang sedang marak. Dai sebagai peluang mencari rezeki, agama
sebagai barang komoditi. Di sisi lain, beragama syubhat, kerancuan dalam
memahami agama di internet tidak bisa di hitung. Para pendukung teroris,
seperti ISIS, Al-Qaida, NII, JI, dan sejenisnya banyak. Yang menyuarakan
kebebasan, pluralisme, toleransi tanpa batas agama pun tak sedikit. Bahkan kaum
kafir atheis yang mengingkari adanya Tuhan pun bebas berbicara. Jadi, mencari
informasi keagamaan di internet harus hati-hati. Ambil dari website yang
amanah, terpercaya agamanya.
Bahaya
syubhat dari internet ini seolah bagaikan lautan tak bertepi. Sangat mengancam
akidah kaum muslimin. Belum lagi berita provokatif yang tidak pernah sepi.
Menghasut masyarakat, mencela pemerintah, mengkritisi kebijakan mereka, dan
berbagai ideologi khawarij lainnya. Tidak waspada dalam mengakses berita moral
dan agama akan menjadi taruhannya.
Kerusakan
internet dalam bentuk syahwat pun beragam bentuknya, seperti pornografi, film,
tindak kriminal penipuan, serta pencurian, perjudian, game, dan
kecanduan-kecanduan lainnya. Dari mudharat yang ada, pornografi adalah di
antara yang paling berbahaya. Penyampaian informasi internet yang luar biasa
menjadikan pornografi merajalela. Mungkin tidak salah apabila orang
mengidentikan internet dengan pornografi.
Pornografi
termasuk dampak negatif yang paling berbahaya karena internet hampir tidak
lepas darinya. Masuk ke halaman website akan muncul iklan-iklan yang hampir
semua bermodel wanita. Ilustrasi artikel juga seringnya menampilkan wanita.
Wanita memang benar-benar dieksploitasi. Sangat wajar apabila kondisi ini
memicu siapa saja untuk membuka web-web khusus orang bejat. Sekuat apakah
keimanan dan ketakwaan seseorang? Ketika berada dalam kamar sendirian, di
suasana sunyinya malam? Hanya orang yang Allah Subhanahu wa ta’ala
selamatkan
dengan taufik-Nya saja tidak akan terseret oleh bisikan nafsu. Bagaimana
kiranya bagi orang yang memang tidak memiliki benteng iman dan takwa? Pastinya
akan kecanduan situs porno di internet.
Bagaikan
heroin dan sabu-sabu, internet pun akan menyebabkan korbannya kecanduan, begitulah
kiranya perumpamaan yang penulis gambarkan. Bagi yang otaknya terlalu kotor
dengan noda gambar-gambar kotor akan sangat sulit membersihkannya. Bahkan akan
menjadi memori yang melekat tidak akan hilang sehingga ia pun akan kehilangan
keseimbangan. Yang dia inginkan hanyalah duduk di depan internet. Akalnya akan
susah untuk berpikir jernih. Ide- ide positif akan hilang tertutup gambar tabu.
Jadilah ia orang linglung yang mati kreativitasnya. Mirip orang yang sedang
sakau.
Ibnul
Qayyim Rahimahullah dalam Raudhatul Muhibbin menjelaskan bahwa
tidak menjaga pandangan akan mengakibatkan sikap kelalaian terhadap Allah Subhanahu
wa ta’ala dan negeri akhirat yang sangat parah, juga menjadikan pelakunya
mabuk berat. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala tentang orang-
orang yang mabuk, tergila-gila dengan gambar yang artinya, “Demi umurmu
(Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukkan
(kesesatan).” (QS. Al-Hijr: 72).
Ibnul
Qayyim Rahimahullah melanjutkan, bahwa pandangan (kepada yang tidak
halal) ibarat gelas khamr. Tergila-gila (dengan gambar atau wajah) ibarat mabuk
berat karena minuman keras. Padahal, mabuk karena tergila-gila dengan
kecantikan atau ketampanan (gambar), lebih berat daripada mabuk karena khamr.
Sebab, mabuk khamr akan sadar, sementara gila gambar jarang sekali bisa sembuh,
kecuali setelah dikumpulkan bersama orang-orang yang mati (yaitu menjadi
bangkai).
Pembaca
yang insyaa Allah di rahmati oleh-Nya, setelah gila terhadap gambar, kecanduan
internet, apa yang dilakukan? Sudah bisa dipastikan akan mengarah kepada
perbuatan keji. Onani, masturbasi, zina, pelecehan seksual, pemerkosaan, dan
beragam tindakan bejat lainnya. Bagaimana dengan yang sudah menikah? Tentu
lebih parah. Sebab, seandainya pernikahan tidak mampu mengekang syahwatnya dari
pandangan yang tidak halal, apa lagi yang bisa meredam gejolaknya? Inilah salah
satu faktor pemicu perselingkuhan. Semuanya memang berawal dari pandangan mata,
mata yang tidak dijaga dari gambar porno, serta semua yang haram dilihat.
Akibatya, akhlak menjadi bejat. Runtuh moralnya, tenggelam dalam pergaulan
bebas. Bukanlah kaum Nabi Luth Alaihissallam terjerembab dalam lumpur
busuk homoseks karena tidak menjaga pandangan? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya
Allah telah menetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, yang tidak bisa
dihindari. Zina mata adalah dengan melihat, zina lisan adalah merayu. Sementara
jiwa berhayal dan berhasrat, kemudian kemaluan akan membenarkannya atau
mendustakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu
Hurairah Radhiallahuanha)
Siapakah
yang selamat dari zina, walaupun dari pandangan matanya? Memang sangat berat
menjaga mata, terlebih di zaman sekarang, zaman tabarruj (wanita bersolek) dan
tren busana wanita yang cenderung mengikuti budaya orang kafir. Sempit, ketat,
pun hanya sebagian kecil dari anggota tubuh yang tertutup. Padahal, Allah Subhanahu
wa ta’ala telah mewajibkan menundukkan
pandangan, menjaga agar tidak melihat sesuatu tidak halal baginya. Sebagaimana firman-Nya yang
artinya “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya.’” (QS. An-Nur: 30-31)
Pembaca
yang insyaa Allah selalu dalam lindungan-Nya, orang yang melampiaskan nafsunya
di dunia dengan sembarangan, pada perkara yang haram, maka ia akan diharamkan
di akhirat dari kenikmatan yang serupa. Siapa yang mengumbar birahinya di
dunia, ia akan dikekang di akhirat. Tentu dalam hal ini masing-masing orang
berbeda tingkat keparahannya. Terparahnya, diharamkan dari wanita surga,
diharamkan dari para bidadari, yaitu mereka yang meyakini halalnya zina pada
seluruh jenisnya secara hukum, baik zina mata, lisan, tangan, atau kemaluan.
Padahal, setiap penduduk surga akan memiliki bidadari. Artinya, orang yang
diharamkan dari bidadari berarti tempatnya adalah neraka. Bagi yang di bawah
itu, maka hukumannya akan sesuai dengan tingkat kebejatannya. (Ustadz Farhan)
Dalam
kitab yang sama, Raudhatul Muhibbin, Ibnu Qayyim Rahimahullah
menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala
telah
mencela laki-laki yang mengenakan sutra di dunia, dan Allah Subhanahu wa ta’ala
akan
mengharamkannya di akhirat. Demikian pula peminum khamr di dunia akan di
haramkan khamr di surga, maka orang yang menikmati gambar (wanita yang cantik
dan pria tampan yang haram baginya) di dunia, akan di haramkan di akhirat.
Bahkan, segala sesuatu yang didapat seorang hamba di dunia, apabila seorang
hamba tersebut bermudah-mudahan dalam perkara yang halal, Allah Subhanahu wa
ta’ala akan menyempitkan bagiannya di akhirat sekadar sikap
bermudah-mudahannya. Apabila ia mendapatkan dengan cara yang haram, kenikmatan
serupa baginya di akhirat.
Bagaimana
dengan yang bukan sekedar melihat gambar? Bagaimana pula dengan yang sudah
bertindak melebihi zina mata? Bagaimana dengan pelecehan seksual yang sampai
menzalimi orang lain? Na'udzubillah min dzalik. Semoga Allah Subhanahu
wa ta’ala melindungi kita semua dari berbagai
bentuk zina.
Penulis
dalam hal ini sengaja tidak menampilkan fakta tentang kebejatan pecandu situs
porno karena kebejatan dan berbagai kasus itu sudah terlalu terkenal, hampir
semua orang mengetahui. Setiap orang paham akan bahaya laten internet,
terkhusus pornografi. Dari pejabat, wakil rakyat, tokoh politik, pegawai,
karyawan, pelajar, bahkan guru, dan anak-anak sudah pernah tersentuh dengan
kasus ini. Apalagi para artis, orang Arab pernah bilang, ‘Haddits wala haraj’,
‘Bicarakan saja tidak masalah’, karena hal ini sudah begitu parah
tingkat kerusakan moral mereka. Allahul Mustaan.
Oleh: Ikhpa Erdayanti
1 Komentar
Masyaallah
BalasHapus