Corona dalam Pandangan Islam



Virus corona merupakan mahluk ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Tidak ada yang terjadi di dunia ini termasuk musibah yang menimpa seseorang atau kelompok, kecuali atas izin Allah Subhanahu wa ta’ala. Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, “Sesungguhnya Rasulullah bersabda: Tidak ada adwa (meyakini bahwa penyakit tersebar dengan sendirinya, bukan karena takdir Allah), dan tidak ada shafar (menjadikan bulan Shafar sebagai bulan haram atau keramat) dan tidak pula hammah (rengkarnasi atau ruh seseorang yang sudah meninggal menitis pada hewan) Lalu, seorang Arab Badui berkata, Wahai Rasulullah, lalu bagaimana dengan unta yang ada di pasir, seakan-akan (bersih) bagaikan gerombolan kijang kemudian datang padanya unta berkudis dan bercampur baur dengannya sehingga ia menularinya?’ Maka Nabi bersabda, ‘Siapakah yang menulari yang pertama’” (HR. al-Bukhari). Dari hadis tersebut, harus diyakini bahwa hanya Allah Subhanahu wa ta’ala yang menentukan sakit tidaknya seseorang. Sebab, tidak ada yang dapat menyebabkan orang menjadi sakit, kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dalam Fatwa Nomor 14 Tahun 2020, MUI menyebutkan bahwa orang yang telah terpapar virus corona wajib menjaga dan mengisolasi diri agar tidak terjadi penularan kepada orang lain. Fatwa ini berisi tentang penyelenggaraan ibadah di tengah menyebarnya wabah COVID-19 dan memang bersifat berjenjang dengan mempertimbangkan tingkat keparahan situasi penularan virus dari suatu daerah. Orang yang telah terpapar virus corona wajib menjaga dan mengisolasi diri agar tidak terjadi penularan kepada orang lain. Baginya, shalat Jumat dapat diganti dengan shalat zuhur di tempat kediaman, karena shalat jumat merupakan ibadah wajib yang melibatkan banyak orang sehingga berpeluang terjadinya penularan virus secara massal. Baginya, haram melakukan aktivitas ibadah sunnah yang membuka peluang terjadinya penularan, seperti jamaah shalat lima waktu/rawatib, shalat tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya, serta menghadiri pengajian umum dan tabligh akbar Masyarakat diminta untuk mematuhi fatwa ini dengan melakukan ibadah di rumah masing-masing.

Ibadah dalam skala berjamaah dapat dilakukan dengan cara melakukan pencegahan agar virus ini tidak merambah ke skala yang lebih luas lagi, seperti melakukan isolasi. Isolasi merupakan langkah yang diajarkan oleh Rasulullah, Apabila kalian mendengar wabah lepra di suatu negeri, maka janganlah kalian masuk ke dalamnya. Namun, jika ia menjangkiti suatu negeri, sementara kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri tersebut.” (HR. al-Bukhari)

Hukum isolasi sendiri berlaku bagi semua wabah penyakit, termasuk COVID-19. Abu Salamah bin Abdurrahman berkata, “Saya mendengar Abu Hurairah dari Nabi bersabda: Janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dengan yang sehat’” (HR. Al-Bukhari). Beliau menyatakan bahwa orang yang terkena penyakit tidak boleh bergaul dengan orang sehat karena berisiko terjadi penularan. Larangan yang disampaikan tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mengimbau masyarakat agar menjaga jarak dengan orang lain dan menjauhi segala kerumunan yang terjadi di masyarakat.

MUI mengeluarkan pula fatwa tentang pedoman memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan jenazah muslim yang terinfeksi virus corona pada 21 Maret 2020. Pengurusan jenazah (tajhiz janazah) terpapar COVID-19, terutama dalam memandikan dan mengkafani harus dilakukan sesuai protokol medis dan dilakukan oleh pihak yang berwenang, dengan tetap memperhatikan ketentuan syariat. Sedangkan untuk menshalatkan dan menguburkannya dilakukan sebagaimana biasa dengan tetap menjaga agar tidak terpapar COVID-19. Dalam Fatwa Nomor 18 Tahun 2020 tersebut, MUI menegaskan pula bahwa pengurusan jenazah dilakukan oleh pihak berwenang atau petugas muslim yang melaksanakan tajhiz jenazah.

Hikmah yang dapat diambil dari menyebarnya wabah virus corona ini, yaitu agar kita lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Semua hal yang terjadi telah ditakdirkan dan sudah menjadi ketetapan-Nya karena tidak ada sesuatu yang menimpa setiap manusia, kecuali atas izin dan kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala.

وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (QS. Al An'am: 59)

Keimanan terhadap takdir dan kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala tentunya juga harus diperkuat, melihat bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala adalah sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penjaga. Tidak ada kebaikan ataupun keburukan yang menimpa kita, kecuali telah digariskan Allah Subhanahu wa ta’ala.

قَالَ هَلْ ءَامَنُكُمْ عَلَيْهِ إِلَّا كَمَآ أَمِنتُكُمْ عَلَىٰٓ أَخِيهِ مِن قَبْلُ ۖ فَٱللَّهُ خَيْرٌ حَٰفِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

Berkata Ya'qub, ‘Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu? Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS. Yusuf: 64)

Selain itu, dengan adanya wabah virus corona ini, seharusnya membuat kita sadar dan takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala serta kembali kepada-Nya. Kita yang semula lupa dengan kematian, kini menjadi ingat bahwa dunia hanya sementara dan kita akan mati menghadap Ilahi dengan mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita. Ajal seseorang pasti datang sehingga kita perlu mempersiapkan segala amalan saleh yang seharusnya membuat kita bertawakkal sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Pada akhirnya, semua akan kita serahkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala karena hidup dan mati kita sebagai seorang hamba semua berada di tangan-Nya.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.’” (QS Al-An'am: 162)

Semoga dengan adanya wabah virus corona ini dapat menjadi pelajaran untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan berikhtiar dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Usaha dalam mencegah wabah virus corona dapat dilakukan dengan senantiasa menjaga kebersihan. Kita harus selalu menerapkan pola hidup sehat dan mengikuti petunjuk dan arahan dari pemerintah dalam menghadapi virus corona ini.  Pemerintah pasti akan melakukan yang terbaik untuk melindungi rakyat dari wabah virus corona.

 

Oleh: Akhmad Zaini


Posting Komentar

1 Komentar